Sabtu, 20 April 2013

Konsep Manusia Berdasarkan Aliran Psikoanalisis, Behavioristik dan Humanistik


Psikoanalisis

Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikoanalisa. Pandangan Freud secara lengkap adalah sebagai berikut:

1)             Kesadaran dan ketidaksadaran
Sigmund freud berpendapat bahwa kehidupan psikis terdiri dari kesadaran (the concious) dan ketidaksadaran (the unconcious).

Kesadaran dapat diibaratkan sebagai permukaan gunung es yang nampak. Jadi kesadaran itu merupakan bagian kecial dari kepribadian. Kesadaran yang merupakan bagian kecil dari gunung es di bawah permukaan air mengandung insting-insting yang mendorong perilaku manusia. Bagian lainnya adalah prasadar (preconcious). Dalam preconcious stimulus-stimulus belum dipres, sehingga dapat dengan mudah ditimbulkan kembali dalam kesadaran.

Selanjutnya Freud mempunyai pandangan bahwa kepribadian terdiri dari Id, Ego dan Super Ego. Id merupakan bagian primitif dari kepribadian Id mengandung insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan satisfication dengan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada, sehingga oleh Freud disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle). Ego disebut prinsip realitas (reality principle). Ego menyesuaikan diri dengan realitas. Sedangkan Super Ego merupakan prinsip moral (morality principle) yaitu mengontrol perilaku dari segi moral.

2)             Insting dan Kecemasan
Freud menyatakan insting terdiri dari insting untuk hidup (life instinct) dan insting untuk mati (death instinct). Life instinct mencakup lapar, haus dans seks ini merupakan kekuatan kreatif dan oleh Freud disebut Libido. Sedangkan death instinct merupakan kekuatan destruktif.

Menurut Freud ada tiga macam kecemasan yaitu kecemasan objektif, kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Kecemasan objektif merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata. Kecemasan neurotik merupakan kecemasan atau merasa takut akan mendapat hukuman atas keinginan yang impulsif. Kecemasan moral merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral (contoh: seseorang merasa cemas karena melanggar norma-norma moral).

Pandangan lain yang penting adalah tentang mekanisme pertahanan (defence mechanism). Mekanisme pertahanan ini bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapt dibenarkan oleh super ego dan ego. Berfungsi untuk melindugi super ego dan ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus karena tidak diijinkan muncul oleh super ego.

Sembilan mekanisme pertahanan yang dikemukakan oleh Freud adalah:
a.              Represi
Represi terjadi, misalnya kalau seseorang mengalami suatu peristiwa, tetapi karena pengalaman itu ternyata mengancam/bertentangan dengan super ego, maka pengalaman itu ditekan atau di repres masuk kedalam ketidak sadaran dan disimpan agar tidak mengancam super ego lagi.
b.             Pembentukan Reaksi (reaction Formation)
Reaksi seseorang yang sebaliknya dari yang dikehendaki, agar tidak melanggar ketentuan dari super ego.
c.              Proyeksi (Projection)
Karena super ego melarang seseorang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap orang lain, maka ia berbuat seolah-olah orang lain yang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap dirinya.
d.             Penempatan yang keliru (Displacement)
Kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan terhasdap orang lain karena hambatan dari super ego, maka ia akan melampiaskan perasaan tersebut terhadap pihak ketiga.
e.              Rasionalisasi (rationalitation)
Dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh super ego, dicarikan dasar rationalnya sedemikian rupa, sehingga seolah-olah dapat dibenarkan.
f.              Supresi (Supression)
Supresi adalah upaya menekan segala sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan super ego kedalam ketidaksadarannya. Berbeda dari represi, dalam supresi hal yang ditekan atau disupresi adalah hal-hal yang timbul dari ketidaksadarannya sediri dan belum pernah muncul dalam kesadaran.
g.             Sublimasi (Sublimation)
Dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh super ego dialihkan kedalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma masyarakat.
h.             Kompensasi (Compensation)
Untuk menutupi kegagalannya dalam suatu bidang kelemahan atau dari bagian/organ fisiknya, ia membuat prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut atau yang berkaitan dengan organ fisiknya. Dengan demikian egonya terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri.
i.               Regresi (Regression)
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap egonya, individu mundur kembali ke taraf perkembagannya yang lebih rendah misalnya kembali pada masa kanak-kanak.

Pendapat lain dari Freud adalah bahwa setiap individu mempunyau seksualitas kanak-kanak (infantile sexuality) yaitu dorongan yang ada pada bayi. Tingkat perkembangannya yaitu:
      i.          Fase oral (mulut) : Pada fase ini kepuasan seksual terutama terdapat di sekitar mulut.
    ii.          Fase anal (anus) : Pada fase ini kira-kira usia dua tahun, daerah kepuasan seksual berpindah ke anus.
  iii.      Fase phalic : Pada anak usia 6-7 tahun kepuasan seksualnya terdapat pada alat kelamin. Tetapi berbeda dengan orang dewasa, kepuasan seks fase phalic ini tidak bertujuan mengembangkan keturunannya.
  iv.     Fase latent : pada anak usia 7-8 tahunsampai menginjak awal masa remaja, seolah-olah tidak ada akyivitas seksual. Karena itu masa ini disebut fase latent (tersembunyi).
    v.          Fase genital : dimulai sejak masa remaja; segala kepuasan seks terutama berpusat pada alat kelamin.



Psikologi Behaviorisme

Aliran ini sering dikaitkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapi puncaknya oada tahun 1940-1950an. Disini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan “jiwa” tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi.

Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homomechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-enerus hingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan ajning eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya.  Selanjutnya begitu terus ketika lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur menjadi conditioned response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.

           Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).


Psikologi Humanistik

Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak psikologi Humanistik. Psikologi Humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikoligi yang menekankan keunikan manusia. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri dan bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.

Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang dituangkan dalam bukunya “motivation and personality”. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan yang berhirarki, meliputi:
1)             Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
2)             Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs/the security needs)
3)             Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
4)             Kebutuhan akan penghargaan (the self-esteem needs)
5)             Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualizacation needs)

Kebutuhan-kebutuhan tersebut dikatakan berhierarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah sudah terpenuhi.

Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan.psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari yang nampak, juga mempelajari perilaku yang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran.

Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
a)          Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman seperti fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b)             Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan pandangan tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
c)     Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
d)         Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak dan Sexton, 1988).
Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy (Walgito, B 2002 : 80).


Source:

Apa itu sehat?


Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:

1.        Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2.        Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
a.     Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
b.      Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c.       Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.
3.        Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
4.        Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata

Source: