Jumat, 04 April 2014

Psikoterapi

1. Definisi Psikoterapi
Psikoterapi secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya : jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.

Menurut Watson & Morse (1997), psikoterapi dirumuskan sebagai: bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya.

Corsini (1989), psikoterapi adalah proses ormal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif kelainan pada fungsi berpikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidak tepatan perilaku); dengan terapis yang memilikiteori tentang asal ususl kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan emngubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertidak sebagai terapis.

2. Tujuan Psikoterapi
Ada lima tujuan psikoterapi dan kebanyakan terapi memusatkan perhatian pada salah satu atau lebih di antara tujuan-tujuan itu. Kelima tujuan tersebut dapat diutarakan di bawah ini (Huffman, et al., 1997).

1.      Pikiran-pikiran kalut. Individu-individu yang mengalami kesulitan secara khas mengalami konfusi, pola-pola pikiran yang destruktif, atau tidak memahami masalah-masalah mereka sendiri. Para terapis berusaha mengubah pikiran-pikiran ini dan memberikan ide-ide atau informasi baru, dan membimbing individu-individu tersebut untuk menemukan pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah mereka sendiri.
2.      Emosi-emosi yang kalut. Orang-orang yang mencari terapi pada umumnya mengalami emosi yang sangat tidak menyenangkan. Dengan mendorong pasien untuk mengungkapkan secara bebas perasaan-perasaan dan memberikan suatu lingkungan yang menunjang, para terapis membantu mereka menggantikan perasaan-perasaan tersebut, seperti perasaan putus asa dan perasaan tidak mampu dengan perasaan-perasaan yang mengandung harapan dan percaya akan diri sendiri.
3.      Tingkah laku-tingkah laku yang kalut. Individu-individu yang mengalami kesulitan biasanya memperihatkan tingkah laku-tingkah laku yang mengandung masalah. Para terapis membantu pasien-pasien mereka menghilangkan tingkah laku yang menganggu itu dan membimbing mereka kepada kehidupan yang lebih efektif.
4.      Kesulitan-kesulitan antarpribadi dan situasi kehidupan. Para terapis mem-bantu pasien-pasien memperbaiki hubungan mereka dengan keluarga, teman-teman, dan kolega-kolega seprofesi. Mereka juga membantu para pasien itu menghindari atau mengurangi sumber-sumber stres dalam kehidupan mereka seperti tuntutan-tuntutan pekerjaan atau konflik-konflik keluarga.
5.      Gangguan-gangguan biomedis. individu-individu yang mengalami kesulitan kadang-kadang menderita gangguan-gangguan biomedis yang langsung menyebabkan atau menambah kesulitan-kesulitan psikologis. Para terapis membantu menghilangkan masalah-masalah ini pertama-tama dengan obat-obatan, dan kadang-kadang dengan terapi elektrokonvulsif dan/ atau psikobedah (psychosurgery). Meskipun kebanyakan terapis bisa bekerja dengan pasien-pasien dalam beberapa bidang ini, terapi penekanan berbeda menurut latar belakang pendidikan terapis. Para psikoanalis, misalnya, menitikberatkan pikiran-pikiran tak sadar dan emosi; para terapis kognitif memusatkan perhatian pada pola-pola pikiran dan kepercayaan yang salah; para terapis humanistik berusaha mengubah respons-respons emosional negatif dari pasien; para behavioris (sebagaimana terkandung dalam nama itu sendiri) memusatkan perhatian pada perubahan tingkah laku maladaptif; dan para terapis yang menggunakan teknik-teknis biomedis berusaha mengubah gangguan-gangguan biologis.

3. Unsur-unsur Psikoterapi
Menurut Masserman dalam Buku Saku Psikiatri, telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Yaitu:
1.      Peran Sosial (martabat) psikoterapis
2.      Hubungan (persekutuan terapeutik)
3.      Hak
4.      Retrospeksi
5.      Re-edukasi
6.      Rehabilitasi
7.      Resosialisasi
8.      Rekapitulasi

4. Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
Psikoterapi secara spesifik diterapkan terhadap penyakit klinis atau mental karena sangat berlawanan dengan penyakit yang banyak terjadi di masyarakat. Psikoterapi dilakukan oleh psikoterapis (yang berlawanan dengan konselor) yang merupakan seorang terapis umum atau terapis yang berkualitas, sedangkan konseling dapat dilakukan oleh semua orang, mulai dari pemuka agama dampai konselor profesional.


Konseling pada umumnya menangani orang normal, sedangkan psikoterapi terutama menangani orang yang mengalami gangguan psikologis.
Konseling lebih edukatif, sportif, berorientasi sadar. Dan berjangka pendek. Sedangkan psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tidak sadar dan berjangka panjang.

Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret. Sedangkan psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah serta berkembang terus.

5. Cara Psikoterapi Melakukan Berbagai Pendekatan Terhadap Mental Illness
Menurut J.P. chaplin ada beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, yaitu :
1.      Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
2.      Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional peuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3.      Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatar belakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
4.      Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri sesorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar filsafatnya tetap ada, yakni menghargai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

6. Bentuk-bentuk Utama dari Terapi
Terapi psikoanalitik : Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan resolusi dan integrasi fase-fase perkembangan psikoseksual yang berhasil. Perkembangan kepribadian yang gagal merupakan akibat dari resolusi sejumlah fase perkembangan psikoseksual yang tidak memadai. Id, ego dan superego membentuk dasar bagi struktur kepribadian. Kecemasan adalah akibat perepresian konfilk-konflik dasar. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Proses-proses tak dasar berkaitan erat dengan tingkah laku yang muncul sekarang.

Terapi Eksistensial-Humanistik : Pada dasarnya merupakan suatu pendekatan terhadap konseling dan terapi alih-alih suatu model teoretis tetap. Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing individu. Kesadaran diri berkembang sejak bayi. Determinasi diri dan kecenderungan ke arah pertumbuhan adalah gagasan-gagasan sentral. Psikopatologi adalah akibat dari kegagalan dalam mengaktualkan potensi. Pembedaan-pembedaan dibuat antara “rasa bersalah eksistensial” dan “rasa bersalah neurotik” serta antara “kecemasan eksistenisal” dan “kecemasan neurotik”. Berfokus pada saat sekarang dan pada menjadi apa seseorang itu; yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Ia menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Ia adalah terapi eksperiensial.

Terapi Cleint-Centered : Klien memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas masalah-masalahnya serta cara-cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri. Kesehantan mental adalah keselarasan antara diri ideal dan diri riel. Maladjustment adalah akibat dari kesenjangan antara diri ideal dan diri riel. Berfokus pada saat sekarang serta pada mengalami dan mengekspresikan perasaamn-perasaan.

Terapi Gestalt : Berfokus pada apa dan bagaimana mengalami di sini-dan-sekarang untuk membantu klien agar menerima polaritas-polaritas dirinya. Konsep-konsep utama mencakup tanggung jawab pribadi, urusan yang tak selesai, penghindaran, mengalami dan menyadari saat sekarang. Ia adalah terapi eksperiensial yang menekankan perasaan-perasaan dan pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai terhadap perkembangan kepribadian sekarang.

Analisis transaksional : Berfokus pada permainan-permainan yang dimainkan untuk menghindari keakraban dalam transaksi-transaksi. Kepribadian terdiri atas ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Klien diajari untuk menyadari ego mana yang berperan dalam transaksi-transaksi yang dijalankan. Permainan, penipuan, putusan-putusan dini, skenario kehidupan, dan internalisasi perintah-perintah adalah konsep-konsep utama.

Terapi tingkah laku : berfokus pada tingkah laku yang tampak, ketepatan dalam menyusun tujuan-tujuan treatmen, pengembangan rencana-rencana treatmen yang spesifik, dan evaluasi objektif atas hasil-hasil terapi. Terapi berlandaskan prinsip-prinsip teori belajar. Tingkah laku yang normal dipelajari melalui perkuatan dan peniruan. Tingkah laku yang abnormal adalah akibat dari belajar yang keliru. Ia menekankan tingkah laku sekarang dan hanya memberikan sedikit perhatian kepada sejarah masa lampau dan sumber-sumber gangguan.

Terapi Rasional-Emotif : Neurosis adalah pemikiran dan tingkah laku irasional. Gangguan-gangguan emosiomal nerakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional.  Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinan-keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Terapi Realitas : pendekatan ini menolak model medis dan konsep tentang penyakit mental. Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan menolak masa lampau sebagai variabel utama. Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral ditekankan. Kesehatan mental sama dengan penerimaan atas tanggung jawab.


Sumber:
Gunarsa, Singgih. (2004). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
OFM, Drs. Yustinus Semium. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Penerbit Percetakan Kanisius.
Guze, Barry. Siegal, Daniel J. Maulany, R.F. 1997. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Morisson, Paul., Philip, Burnard. (2002). Caring and Communicating: Hubungan Interpersonal dalam Keperawatan Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Corey, Gerald. (2006). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.